SEMARANG -- Meski saat ini aksi terorisme terkesan mulai meredup, namun bukan berarti benih-benih terorisme telah hilang dari masyarakat. Benih terorisme diyakini masih tetap ada dan pasti akan memunculkan kembali aksi terorisme.
"Mereka menganggap keyakinannya melakukan bom bunuh diri adalah cara terbaik menuju akhirat," ujarnya usai seminar pencegahan kejahatan terorisme sejak dini di Hotel Semesta, Semarang, Rabu (7/3).
Menurut pria 60 tahun itu, upaya-upaya represif yang selama ini dilakukan pemerintah belum cukup efektif memerangi akar-akar terorisme. Upaya preventif dinilainya penting dilakukan. Pasalnya, upaya represif saja tidak mampu memberi pencegahan atau meniadakan niatan pelaku bom bunuh diri untuk mengurungkan aksinya.
Bachtiar menyebut perlu partisipasi di lingkungan, keluarga, dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dalam mencegah tumbuh kembangnya benih terorisme.
"Motor penggeraknya memang pemerintah tapi tanpa dukungan masyarakat akan percuma," kata Da'i yang juga menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia itu.
Sasaran para pelaku terorisme, lanjut mantan Kapolri itu, bermacam-macam dan tidak hanya terfokus pada satu tujuan. Menurutnya, sasaran initergantung pada pelaku bom.
"Kalau pelaku merasa bermusuhan dengan polisi, maka yang menjadi sasarannya adalah kantor polisi. Kalau musuhnya barat, maka yang menjadi sasaran adalah fasilitas-fasilitas barat," ucap pria kelahiran Indramayu, Jawa Barat, 25 April 1951 ini.
Terorisme tidak selamanya dilakukan dalam kasus besar. Yang terpenting, kata Bachtiar, para teroris mampu menunjukkan eksistensinya terhadap hal-hal yang dinilainya perlu dilawan.
Sasaran para pelaku terorisme, lanjut mantan Kapolri itu, bermacam-macam dan tidak hanya terfokus pada satu tujuan. Menurutnya, sasaran initergantung pada pelaku bom.
"Kalau pelaku merasa bermusuhan dengan polisi, maka yang menjadi sasarannya adalah kantor polisi. Kalau musuhnya barat, maka yang menjadi sasaran adalah fasilitas-fasilitas barat," ucap pria kelahiran Indramayu, Jawa Barat, 25 April 1951 ini.
Terorisme tidak selamanya dilakukan dalam kasus besar. Yang terpenting, kata Bachtiar, para teroris mampu menunjukkan eksistensinya terhadap hal-hal yang dinilainya perlu dilawan.
No comments:
Post a Comment